Wednesday, November 19, 2008

Serbuk Bintang

Judul Asli: Stardust
Penulis: Neil Gaiman
Penerjemah: Femmy Syahrani Ardiyanto dan Herman Ardiyanto
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 256 halaman
Cetakan: II, Juni 2007
Beli di: Togamas, Bandung


Indah. Itu satu kata yang pasti. 'Serbuk Bintang' mengantarkan
khayalan saya pada bianglala dongeng untuk orang dewasa (kisahnya
makin meyakinkan saya bahwa dongeng bukan semata untuk anak-anak)
melalui warna-warni kata yang bertaburan di dalamnya. Saya teringat
masa kecil ketika membuka lembar-lembarnya. Semasa SD, saya punya hobi
mengumpulkan diksi dan frasa yang saya sebut 'kata-kata indah' dari
majalah atau buku. Saya mencatatnya dalam buku tulis khusus, yang
kemudian dapat dijadikan judul cerita. Dari halaman 25, misalnya, jika
saat itu saya sudah memiliki Serbuk Bintang, maka saya akan mendaftar
'benda-benda yang tak termimpikan', 'denting lembut di udara', 'asap
berwarna', 'bunga lonceng biru', dan 'bunga terompet ungu'.

'Serbuk Bintang' dikarakter-utamai Tristran Thorn (bukan Tristan
seperti tokoh Legends of the Fall atau Tristan-nya Isolde). Ia
menyeberang ke negeri Peri yang terhampar di balik dinding
untuk memungut bintang jatuh demi memikat hati Victoria Forrester,
gadis tercantik yang pernah dikenalnya. Dinding tersebut selalu dijaga
dan membatasi desa Tembok, tempat Tristran dan Victoria serta warga
lain yang disebut manusia, dengan negeri Peri. Sementara itu, Ratu
Penyihir juga berhasrat merenggut jantung bintang untuk memperoleh
kemudaan dan kesaktiannya. Gaiman merangkai sub plot-sub plot dengan
cerdas dan memukau, termasuk persaingan para keturunan Stormhold untuk
menjadi penguasa dengan mencari batu ratna cempaka yang dilemparkan
ayah mereka sesaat sebelum meninggal. Dengan cerdik pula, Gaiman
mempertemukan karakter-karakternya sehingga terhubung satu demi satu.

'Serbuk Bintang' menyuguhkan sudut pandang berbeda. Bintang dikisahkan
sebagai anak bulan (seperti dalam imajinasi saya, hahaha:p). Orang
paling jahat sekalipun harus bersedia memenuhi sumpah, sedangkan
makhluk-makhluk di negeri Peri pun terikat ikrar dan tradisi meskipun
harus melindungi orang yang mereka benci. Cerita 'Serbuk Bintang'
dipadukan sedemikian rupa sehingga benak saya berlari-lari ke Inggris,
yang sempat disebut kendati bukan lokasi kisah, terkesan berbaur
dengan 'kenyataan'. Pendek kata, Gaiman berhasil meramunya tanpa
mengacaukan logika. Bagaimanapun juga, ini dongeng untuk orang dewasa.

No comments: